Pengalamanku mengikuti ekspedisi lereng merapi di desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
DAY 1.
Tiba saatnya yang kunanti yaitu melakukan ekspedisi ke dusun Sumber, Tanggal 4 Juli 2019, Jam 21:15. Aku diantar aybun ke statsiun Senen untuk perjalanan ku dengan kereta Progo menuju stasiun lempuyangan. Kereta akan berangkat pukul 23:00, tapi ternyata perjalanan Cileduk - St. Senen cukup padat. Aku menjadi nervous, deg..deg an, merasa mual, dan sangat lapar, entah karena aku takut terlambat karena kata bunda, Rakka dan Fatih sudah sampai stasiun atau karena bunda sungguh berisik banget dengan pesan-pesan yang sudah aku hafal semua, atau karena perjalanan pertamaku naik kereta tanpa orang dewasa yang mendampingi.
Akhirnya sampai juga distasiun Senen pukul 22:30, aku minta makan dulu tapi tidak boleh sama bunda, aku hanya dibelikan roti-roti saja. setelah itu aku baru menjumpai Rakka dan Fatih, dan langsung masuk peron. Aku belum sempat berkenalan dengan Rakka dan Fatih, sambil mencari gerbong kereta dan nomor kursi yang tertera di tiket kami berkenalan.
Sepanjang perjalanan tidak banyak yang aku lakukan, selain tidak dibawakan handphone, kereta ini sangat tidak nyaman untuk perjalanan kurang lebih 7 jam, aku duduk bertiga dengan posisi ditengah. Sungguh tidak nyaman sebisa mungkin kubawa tidur saja.
Akhirnya kereta sampai di tujuan, pertama kami bertemu dengan dua cewe yang menyapa kami terlebih dahulu dengan bertanya dari tim Jaladwara ya? , kemudian dibelakang kami sudah ada Kak Mel, dan Kak Inu. Setelah itu kami berkumpul dan ternyata disana sudah banyak teman2 yang lain sedang menunggu yaitu ada kak Wildan, Brian, Nara, Leon, dll, ternyata dua cewek tadi bernama Sherrel dan Fefe.
Kami berkumpul untuk diberikan buku petunjuk menuju dusun Sumber. Kakak Jaladwara juga memberikan pengertian tentang kenapa perjalanan ini harus menggunakan transportasi umum, karena untuk mengurangi polusi udara.
Kemudian kami dibagi beberapa kelompok, dan aku masuk kedalam kelompok Wathu Gedhe, yang terdiri dari Sherrel, Fira dan Syam.
Setelah itu aku mencari sarapan di warung depan stasiun lempuyangan tentu dengan syarat harus minim sampah.
Kemudian kami dibagi beberapa kelompok, dan aku masuk kedalam kelompok Wathu Gedhe, yang terdiri dari Sherrel, Fira dan Syam.
Setelah itu aku mencari sarapan di warung depan stasiun lempuyangan tentu dengan syarat harus minim sampah.
Karena masih sangat lelah, aku tidak memperhatikan petunjuk dibuku jadi ya aku ikut saja dengan teman-teman, aku pikir kalaupun hilang atau nyasar akan bersama-sama jadi aku tidak terlalu kuatir.
sampai di Dusun Sumber |
Yuhuu, akhirnya sampai juga di dusun Sumber, sangat penasaran ada apa sih disana. Kami berkumpul di Sanggar Bangun Budaya, yaitu sanggar yang digunakan sebagai pusat bermain anak2 dusun Sumber, latihan jika ada acara, sebagai tempat rapat panitia ketika ada acara festival, tempat menginap orang banyak dan gratis. Sanggar ini dibangun tahun 2011 dan diresmikan 12 Mei 2012. Kami juga disambut oleh anak2 dusun sumber yang terlihat gembira sekali dengan kehadiran kami , kemudian menuju rumah orangtua asuh kami masing-masing.
teman-teman baruku |
Aku akan menginap dirumah Hangga atau keluarga bapak Yulianto dan Ibu Hartini, beliau punya 2 putra bernama Hangga dan Hambi dan mempunyai satu anak perempuan(lupa namanya), dan ada juga mbah Meni yang tinggal dirumah itu. Ayah Hangga bekerja di bandara baru, ibunya sebagai petani, hanya sekali aku bertemu ayah Hangga karena beliau harus kembali bertugas yang pulangnya baru seminggu 1x. Ohya aku tinggal serumah juga dengan Leon temanku di Jaladwara, tapi Leon tidak sampai selesai mengikuti kegiatan disini karena ada keluarganya yang meninggal (sedih.. turut berduka ya Leon). Aku jadi tidur sendiri beberapa hari tapi aku menikmati tidur sendiri karena jadi lebih luas, hehehe...
diantar Hangga kerumahnya |
Keluarga Hangga sangat ramah, aku bertanya-tanya tentang kesukaan ayah Hangga dan beliau punya hobi yang sama denganku yaitu memelihara burung lovebird, Ibu Hangga juga suka dengan kucing, dan akupun dirumah juga punya kucing. Hangga senang memelihara ikan dan ayam, aku juga suka ikan dan ayam kalau digoreng.. hobi kami sama menghabiskan waktu dengan bermain sepeda.
Sore hari kami berkumpul kembali, kami berkenalan lebih dalam lagi, dari perkenalan ini aku baru mengetahui kalau ada penganut kepercayaan dan cara beribadat yang sebelumnya aku belum tahu. Dari saling berkenalan aku merasa kelompokku sempurna, ada yg sangat pendiaaaam sekali dan sopan, ada yang masih pemalu dan ada yang wajahnya serta hebohnya mirip adikku. Aku merasakan keakraban dengan semua teman2 baruku. Mereka mau menerimaku dengan sikapku yang hahaha ... (tebak sendiri).
Kemudian Kakak Jaladwara memberikan kami tugas mencari beberapa tempat yang terdapat didusun sumber, sebagai petunjuk menyelesaikan tugas tersebut tentunya harus dibantu oleh orang yang sudah mengenal betul daerah itu, jadilah "Beni Map" sebagai pengganti GPS dan google map. Beni anak dusun Sumber yang baik, ramah dan siap membantu kami.
Kami harus mewawancarai penduduk dusun tentang sejarah atau kegunaan tempat yang kami cari, diantaranya:
1. Penampungan Air
Kami mewawancarai Ibu Rumini, dari beliau kami mendapat informasi bahwa air yang mengalir kepenampungan berasal dari mata air Jagang Giwak, kemudian disalurkan kerumah disekitarnya.
2. Rumah 26 Tahun
3. Masjid
Masjid ini unik karena masih ada kentongan yang hanya digunakan jika listrik padam, sebagai pengganti adzan atau sebagai pertanda waktu sholat telah tiba.
3. Lonceng Gereja
Dibangun tahun 60an. Lonceng ini berbunyi pada pukul 6 pagi, 12 siang dan 6 sore.
4. Sanggar Inklusi.
Pemilik sanggar ini adalah Bu Indar. Sanggar ini dibangun 31 oktober 2018. Kegiatan disana adalah latihan menggambar setiap Selasa. Sanggar ini diperuntukkan untuk anak difabel. Kadang sanggar ini sangat ramai jika ada dari luar kota datang.
5. Patung Kejawen
Kami mewawancari pak Jumarno dan Ibu Kartini. Patung ini sudah ada sekitar 30-40tahun yang lalu.
7. Penampungan kotoran
Dari tempat2 tersebut yang paling menarik adalah patung kejawen. Dihatiku takut melihat patung tersebut dan yang paling seru adalah ketika kami berusaha mencari informasi tentang patung tersebut, kami sempat dikejar2 anjing, karena ketika kami ingin bertemu pemilik patung kejawen pintu depan ditutup kami sudah mengucapkan salam dan juga mengetuk pintu tapi tidak dibuka juga, kami terus coba berulang2 dengan volume suara dan ketukan yang semakin kencang, karena kami pikir pemilik rumah akan mendengar dengan suara kami yang kencang, bukannya keluar pemilik rumah tapi ternyata suara kami mengundang curiga mahluk penjaga rumah itu, dari arah samping kami, keluar seekor anjing yang sepertinya marah kepada kami, tanpa pikir panjang kami lari menyelamatkan diri, untung aku lari paling depan, sehingga aku sempat bersembunyi disebuah gudang bengkel bekas, kemudian aku ke arah belakang rumah pemilik patung kejawen dan ternyata beliau ada dibelakang rumah, dan tau kami dikejar2 anjing, beliau langsung mengusirnya. Hahha seruuuu banget.
Malampun telah tiba, kami kembali ke sanggar disana kami berdiskusi sebelumnya kami bermain uno dulu, dan menceritakan pengalaman kami diperjalanan.
Bersambung... Day 2
Kemudian Kakak Jaladwara memberikan kami tugas mencari beberapa tempat yang terdapat didusun sumber, sebagai petunjuk menyelesaikan tugas tersebut tentunya harus dibantu oleh orang yang sudah mengenal betul daerah itu, jadilah "Beni Map" sebagai pengganti GPS dan google map. Beni anak dusun Sumber yang baik, ramah dan siap membantu kami.
bersama kelompokku mencari informasi tentang dusun Sumber |
Kami harus mewawancarai penduduk dusun tentang sejarah atau kegunaan tempat yang kami cari, diantaranya:
1. Penampungan Air
Kami mewawancarai Ibu Rumini, dari beliau kami mendapat informasi bahwa air yang mengalir kepenampungan berasal dari mata air Jagang Giwak, kemudian disalurkan kerumah disekitarnya.
2. Rumah 26 Tahun
3. Masjid
Masjid ini unik karena masih ada kentongan yang hanya digunakan jika listrik padam, sebagai pengganti adzan atau sebagai pertanda waktu sholat telah tiba.
3. Lonceng Gereja
Dibangun tahun 60an. Lonceng ini berbunyi pada pukul 6 pagi, 12 siang dan 6 sore.
4. Sanggar Inklusi.
Pemilik sanggar ini adalah Bu Indar. Sanggar ini dibangun 31 oktober 2018. Kegiatan disana adalah latihan menggambar setiap Selasa. Sanggar ini diperuntukkan untuk anak difabel. Kadang sanggar ini sangat ramai jika ada dari luar kota datang.
5. Patung Kejawen
Kami mewawancari pak Jumarno dan Ibu Kartini. Patung ini sudah ada sekitar 30-40tahun yang lalu.
7. Penampungan kotoran
Dari tempat2 tersebut yang paling menarik adalah patung kejawen. Dihatiku takut melihat patung tersebut dan yang paling seru adalah ketika kami berusaha mencari informasi tentang patung tersebut, kami sempat dikejar2 anjing, karena ketika kami ingin bertemu pemilik patung kejawen pintu depan ditutup kami sudah mengucapkan salam dan juga mengetuk pintu tapi tidak dibuka juga, kami terus coba berulang2 dengan volume suara dan ketukan yang semakin kencang, karena kami pikir pemilik rumah akan mendengar dengan suara kami yang kencang, bukannya keluar pemilik rumah tapi ternyata suara kami mengundang curiga mahluk penjaga rumah itu, dari arah samping kami, keluar seekor anjing yang sepertinya marah kepada kami, tanpa pikir panjang kami lari menyelamatkan diri, untung aku lari paling depan, sehingga aku sempat bersembunyi disebuah gudang bengkel bekas, kemudian aku ke arah belakang rumah pemilik patung kejawen dan ternyata beliau ada dibelakang rumah, dan tau kami dikejar2 anjing, beliau langsung mengusirnya. Hahha seruuuu banget.
Malampun telah tiba, kami kembali ke sanggar disana kami berdiskusi sebelumnya kami bermain uno dulu, dan menceritakan pengalaman kami diperjalanan.
serunya main Uno |
saat yang paling menakutkan hihihi... refleksi |
Bersambung... Day 2
Komentar
Posting Komentar